Selasa, 17 Juni 2008

Gambar Cinta dari Atjeh

R. Timur Budi Raja


4 Pengubur Mayat
Kami kuburkan ia. Semoga selamat sampai ke alamatMu. Semoga diterima di tanah yang lebih luas, dan tak ada penderitaan di hatimu. Saudara-saudara kami yang lahir, hidup dan mati lantaran penderitaan. Kami kuburkan ia, semoga tersenyum di sana, di tanah lapang yang tak ada penderitaan.

Pengubur 1
“Seperti kami, 50 tahun usianya dihidupi penderitaan, darah, kematian, orang-orang yang diburu dan dibantai oleh nasib buruk, ia melihat semuanya, seperti kami, ia pun pernah menjadi bagian dari orang-orang yang diburu itu. Matanya yang jernih tak mampu menahan genangan air mata yang ingin jatuh jadi gerimis.

Pengubur 2
(meletakkan cangkul)
Tapi itu penderitaan yang berbeda! Itu adalah pertikaian yang dimulai dari kejahatan janji. Tentara pusat datang dan mencoba membungkam teriakan kami. Mereka ingin kami tak menagih janji itu. Tapi kami tak mampu menahan rasa sakit. Lalu mereka memberikan bencana. Mereka tidak memperbolehkan kami berkelompok dan berbeda pandangan dan memilih untuk tidak hidup bersama mereka. Ya, bersama mereka! Negara telah membuat mereka tak mengenal kami sebagai saudara yang harus memilih jalan lain.

Pengubur 3
Kemudian mereka menculik seluruh kaum laki-laki di sini. Mereka bawa ke suatu tempat, dan sejak itu kami tak pernah melihatnya lagi. Kampung ini jadi sepi, perempuan kehilangan suaminya, anak-anak gadis diperkosa, dan laki-laki yang lain harus pergi ke hutan-hutan.

Pengubur 4
Sudahlah! Tak baik kita mengingatnya lagi. Jangan kita kotori upacara kepergian dirinya, saudara kita ini, menuju halamanNya yang suci. Ia telah memanggil saudara kita dengan cara yang lain, yang mungkin lebih baik.

Pengubur 2
Tidak! Aku mulai mempertanyakan, kenapa harus selalu tanah ini? Kenapa penderitaan selalu datang dan bertubi? Tanah yang kita jaga, tanah yang kita sayang dan kasih. Oh,….(Tuhan?), aku jadi sangsi!

Pengubur 1
Tutup mulutmu! Jangan biarkan pikiranmu kotor, akankah terus kau pertanyakan. Kau mempersoalkan keadilan Tuhan.

Pengubur 3
Ya! Aku pun sepakat dengannya. Kenapa bencana ini harus terjadi disini, ditanah ini? Bertahun-tahun kita tenggelam dalam penderitaan ini.

Pengubur 4
Kau gila. Kalian berdua gila!

Pengubur 2 & 3
Ya, kami memang gila! Kami mulai sangsi, kami mulai tidak percaya terhadap apa-apa dan siapapun. Bahkan, terhadap Tuhan yang kau banggakan! Maafkan kami bila harus menghianati kepercayaan kami

Pengubur 1
Cukup! Musibah ini telah terjadi, lebih baik kita kuburkan mayat-mayat saudara kita ini. Apakah akan kita biarkan mayat saudara-saudara kita membusuk, lantaran kalian terlalu banyak cakapnya?

4 Pengubur Mayat
Kami kuburkan ia. Semoga selamat sampai ke alamatMu. Semoga diterima di tanah yang lebih luas, dan tak ada penderitaan di hatimu. Saudara-saudara kami yang lahir, hidup dan mati lantaran penderitaan. Kami kuburkan ia, semoga tersenyum di sana, di tanah lapang yang tak ada penderitaan.


Bangkalan-Sumenep, 2004

3 komentar:

Lelakibugis.net mengatakan...

salam mas.. maap gak bisa lebih lama menemani di makassar.. kabarin dong klo novelnya dah kelar.

ahmadkekalhamdani mengatakan...

Saya selalu merasa kau adalah serupa penerima tamu.

mula-mula kau menyapaku santun
membukakan pintu atas langkahku yang ragu '''
akupun masuk kedalam dirimu
(mas) timur kau suka bertelanjang

lalu dirumahmu yang penuh kata terbakar

lagi-lagi kau membunuhku, tuk kesekian kalinya

kapan-kapan mampirlah ke blogq, aku juga ingin membunuhmu

Mataki_Kyoshu mengatakan...

ayo semangat dan tetap semangat, selamat atas selesai sekripsinya